Selamat Datang di My Blog << Waroeng Alam is a Waroeng-e Alam >>

Friday, January 27, 2017

Optimalisasi Ruang Muat Untuk Minyak

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tanker adalah konsep dibidang pelayaran yang relatif baru, dan di kembangkan di tahun-tahun terakhir abad 19. Berbagai macam muatan atau cargo produk yang dibawa oleh kapal tanker, termasuk: hidrokarbon produk seperti: minyak, bahan bakar gas cair (LPG), dan gas alam cair (LNG) dan produk bahan kimia, seperti : amoniak, klorin, serta hasil turunan produk cair seperti; styrene monomer. Sebelum ini, teknologi di bidang pelayaran yang ada belum mendukung gagasan untuk membawa muatan cairan dalam jumlah massal. Muatan berbentuk cair yang di angkut oleh kapal dan yang umum di perdagangkan seperti anggur dan muatan yang lainnya masih di produksi dalam jumlah yang terbatas, demikian juga halnya dengan hasil kilang minyak.
Cairan atau muatan dalam bentuk cair biasanya dimuat dalam tong, sehingga kemudian timbullah "istilah tonase ", yang mengacu pada volume dalam hal berapa banyak Tons atau tong anggur dapat dimuat atau di angkut. Bahkan untuk air minum, yang vital bagi kelangsungan hidup Anak Buah Kapal (ABK) selama dalam pelayaran masih disimpan dalam tong. Tanker pertama kali digunakan oleh industri minyak untuk mengangkut bahan cair dalam jumlah lebih kecil. Mengangkut minyak dengan kapal tanker lebih efisien karena dapat membawa cairan lebih banyak, juga lebih murah, dan dapat mengangkut dalam jumlah yang banyak.
Dengan melihat frekwensi kapal tanker yang semakin banyak keluar masuk pelabuhan, maka disini perlu memilih jenis kapal tanker apa dan bagaimana yang dapat dioperasikan untuk pengangkutan minyak dan gas bumi secara tepat dan berdaya guna dalam mencapai tujuan yang diharapkan demi keselamatan pelayaran dan keselamatan bongkar muat serta keselamatan Anak Buah Kapal (ABK). Seiring dengan moderenisasi zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan serta tekhnologi maritim saat ini maka pada kapal-kapal tanker juga mengalami perkembangan di berbagai unit peralatannya sehingga dalam hal ini pelaksanaan tugas-tugas dalam pengoperasian kapal tanker termasuk pengoperasian peralatan bongkar muat dan pendukung lainnya semakin rumit dan komplek, regulasi dan peraturan di bidang maritim juga terus berkembang. Dewasa ini pelaut adalah motor penggerak dan pelaksana yang di tuntut untuk bisa mengaplikasikan semua perkembangan tekhnologi maritim dengan aman dan mencegah kerusakan pada lingkungan. Masalah-masalah yang umumnya terjadi di kapal kapal tanker yang mengangkut muatan minyak, baik minyak mentah maupun muatan oil produk yaitu masih di temukannya ketidaksesuaian dalam memenuhi persyaratan tentang kebersihan tangki muatan yang dapat menyebabkan terlambatnya pelaksanaan pemuatan, karena harus di cuci ulang, adanya komplain dari pemilik muatan dan kerugian waktu maupun biaya yang harus di keluarkan oleh pihak Perusahaan Pelayaran.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana menghindari keterlambatan pemuatan akibat pencucian tangki yang tidak sempurna.
2.      Bagaimana meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Anak Buah Kapal (ABK) dalam persiapan muat.
3.      Bagaimana meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas bongkar muat.
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan menganalisa penyebab dari kurang optimalnya penyiapan ruang muat muatan oil produk di kapal
2.      Untuk mencari pemecahan terhadap masalah kurang optimalnya penyiapan ruang muat muatan yang dilakukan oleh Anak Buah Kapal (ABK).
3.      Untuk melakukan tindakan antisipasi yang perlu diambil agar mencegah terjadinya claim yang diajukan oleh pihak ke tiga (Pemilik Barang).
D.    Manfaat
1.      Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi bagi para pembaca dan para pelaut yang seprofesi dalam menyiapkan ruang muat di kapal tangki yang memuat muatan oil produk.
2.      Di harapkan penulisan ini dapat memberikan sumbang saran bagi pihak Perusahaan untuk mengurangi dampak dari kurang optimalnya persiapan ruang muat muatan oil produk kapal tanker.
3.      Di harapkan dapat dijadikan referensi bagi para Nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK) pada umumnya, yang bekerja diatas kapal tanker yang mengangkut muatan cairan bersih sehingga diharapkan dapat membantu kelancaran pelaksanaan tugas penanganan ruang muatan diatas kapal tanker.
4.      Di harapkan dapat memberikan masukan bagi Perusahaan dalam mengendalikan pengoperasian kapal kapalnya khususnya dalam penyiapan ruang muat muatan oil produk.
E.     Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah yang penulis menyusun makalah dengan sistimatika penulisan sebagai berikut:
-          BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini berisikan latar belakang masalah yang dilanjutkan dengan identifikasi, Batasan dan Rumusan masalah dan sistematika penulisan yang sistemik.
-          BAB II PEMBAHASAN
Berisikan Tinjauan Pustaka yang diambil dari beberapa pustaka serta Kerangka pemikirannya.
-          BAB III PENUTUP
Sebagai penutup, disusunlah Kesimpulan yang diteruskan dengan usulan yang berupa saran.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
1.      Minyak bumi
Minyak bumi (petroleum) yang di juluki sebagai emas hitam,adalah cairan kental,coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar,yang beradadi lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar terdiri dari seri alkana,tetapi bervariasi dalam penampilan,komposisi,dan kemurniannya.
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi,yang kemudian setelah di olah lagi menjadi minyak tanah,bensin,lilin,aspal dan lain lain. Kerosene dalam susunan kimiawi terbuat dari rantai di wilayah C10 dan titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat celcius yaitu; 1500 C - 3000 C.
Kerosene adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Kerosene diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada suhu 1500C dan 2750C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani dari bahasa keros (kepwa). Biasanya ,kerosene didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus,dalam sebuah unit Merox atau hidrotreater,untuk mengurangi kadar belerangnya dan pengaratannya. Kerosene dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk mengupgrade bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk bahan bakar.
Ada instruksi yang perlu dipatuhi,jadi sah-sah saja jika mengambil temperatur suhu muatan. Kelalaian dalam hal suhu muatan bisa membuat muatan tersebut jadi kurang berkualitas. Efek utama dari gas minyak bumi pada personel di atas kapal adalah untuk menimbulkan gejala pembiusan. Gejala tersebut meliputi timbulnya sakit kepala dan mata perih, tanggungjawab kurang dan kepeningan serupa dengan timbulnya perasaan mabuk.Pada konsentrasi gas yang tinggi bisa mengakibatkan, tidak sadar, kelumpuhan bahgak kematian kematian. toksisitas dari gas minyak bumi dapat bervariasi secara luas bergantung kepada hidrokarbon utama unsur utama dari gas. toxity sangat besar dipengaruhi oleh buat-buatan dari beberapa kecil komponen seperti harum hidrokarbon berbau (contoh) sulfid benzena dan hidrogen. Pada TLV 300 ppm,sesuai dengan 2% LFL, dibutuhkan untuk tekanan bensin,seperti dalam tabel dibawah ini dipergunakan sebagai satu panduan umum untuk gas minyak bumi tapi tidak boleh diambil dan digunakan untuk gas campuran yang mengandung benzene atau sulfid hidrogen. Tubuh manusia dapat memaklumi konsentrasi sedikit banyak lebih besar dibandingkan TLV untuk periode yang singkat.

2.      Trainning on board
Menjelaskan bahwa semua personil kapal tanker harus menjalani pelatihan di kapal dan jika sesuai juga melaksanakan pelatihan didarat untuk memenuhi syarat dan pengalaman dalam penanganan serta pengetahuan tentang sifat-sifat muatan minyak, prosedur-prosedur pemuatan dan persiapan ruang muat.

3.      Kapal dan muatannya
Menurut Capt. Istopo, Kapal dan Muatannya (1989:1) Menjelaskan bahwa penataan atau stowage dalam istilah kepelautan merupakan salah satu bagian yang penting dari ilmu kecakapan pelaut (seamanship). Stowage muatan kapal berupa menyusun dan menata muatan sehubungan dengan pelaksanaan, penempatan dan kemasannya dari komoditi itu di dalam kapal. Ada 5 (lima) prinsip dalam pemuatan yaitu:
a.       Melindungi kapal (membagi muatan secara tegak dan membujur).
b.      Melindungi muatan agar tidak rusak saat dimuat selama berada di kapal dan selama pelayaran hingga kapal tiba di pelabuhan tujuan.
c.       Melindungi Anak Buah Kapal(ABK) dan buruh dari bahaya muatan.
d.      Menjaga agar pemuatan dilaksanakan secara teratur dan sistematis untuk menghindari terjadinya long hatch dan over stowage sehingga biayanya sekecil mungkin dan muat dilakukan dengan cepat dan aman.
e.       Stowage harus dilakukan sedemikian rupa hingga broken stowage sekecil mungkin. Sebelum melakukan perlindungan pada muatan, Perwira kapal harus mengetahui dua hal yaitu; mengenal kapalnya dan mengenal muatannya.
Setelah para Perwira memahami dan mengenal kedua hal tersebut di atas, maka sebagai bahan pengetahuan para Perwira terutama para Mualim di haruskan mengenal jenis-jenis muatannya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
a.       Bentuk dan sifatnya yang berbeda-beda.
b.      Jenis muatan yang berbeda-beda dalam struktur maupun beratnya.
c.       Jauh dekatnya pelabuhan tujuan
d.      Banyaknnya Pelabuhan muat
e.       Daerah pelayaran yang akan dilalui, sehubungan dengan cuaca yang berlainan dan berubah-ubah.

4.      Pedoman dalm pelaksanaan pencucian tangki muat.
Dalam pembersihan ruang muat terdapat beberapa tindakan pencegahan yang harus di ikuti, yaitu;
a.       Sebelum membersihkan dasar tangki (tank bottom) maka terlebih dahulu tangki di bilas dengan air laut dan di pompa hingga kering, sistem pipa termasuk pipa-pipa muatan, jalur jalur pergantian harus pula di siram dengan air yang di salurkan ke ruang muat untuk mengeluarkan air kotor, untuk memastikan sistem pipa sudah bersih,disamping itu berguna mengurangi konsetrasi gas di tangki. Sebelum mencuci ruang muat haruslah diberi ventilasi untuk mengurangi konsentrasi gas atmosfer menjadi atau kurang dari batas minimal pembakaran.
b.      Jika tangki memiliki system pergantian udara yang sudah biasa pada tangki yang lain, tangki haruslah di isolasi untuk mencegah (inert) gas masuk dari tangki yang lain. Jika mesin pencuci sedang digunakan semua penghubung pompa-pompa haruslah dipasang dan ditest sebagai lanjutan dari arus listrik sebelum mesin pencuci masuk kedalam tangki
c.       Selama tes pada ruang muat harus dibuat pada level yang berbeda-beda. Pertimbangan haruslah diberikan pada kemungkinan efek atau air pada efisiensi dari peralatan pengukur gas pada rung muat.
d.      Tangki haruslah tetap dialiri air selama proses pencucian. Pencucian tangki dapat di berhentikan untuk membebaskan pertambahan air cucian.
e.       Air cucian yang telah digunakan ulang jangan digunakan untuk pencucian tangki.
f.       Uap gas janganlah dialirkan kedalam tangki.
g.      Tindakan tindakan pencegahan yang sama yang berhubungan dengan pegenalan akan peralatan peralatan lain yang serupa haruslah dilakukan ketika mencuci yang atmosfer yang tidak terkontrol.
h.      Bahan bahan kimia tambahan mungkin digunakan dari temperature pencucian air yang tidak melebihi sampai 600C jika temperature cucian berada di atas 600C pencucian janganlah dilanjutkan jika konsentrasi gas sampai 35 % dari lower flammable limit, untuk menghindari nyala api.
Pembersihan tangki (Tank Cleaning) dilakukan dikarenakan ganti muatan dan juga bila akan diadakan inspeksi oleh surveyor sebelum di lakukan pelaksanaan pemuatan cargo. Hal hal yang harus dipahami pada saat pelaksanaan persiapan ruang muat tersebut sebagai berikut; 5 Tank Cleaning Guide Menurut Verwey tahapan-tahapan prosedur dalam melaksanakan tank cleaning:
a.       Precleaning (pembersihan awal) Biasanya dilakukan dengan menggunakan air laut atau air tawar, dilakukan untuk membersihkan sisa minyak dari dasar tangki ini dilakukan sesegera mungkin setelah tangki selesai di bersihkan atau kapal telah kosong yang berguna untuk memudahkan sisa minyak cepat bersih.
b.      Cleaning (pembersihan) Cleaning dapat dilakukan mengguakan air atau dengan campuran air dan detergen menggunakan air laut atau air tawar serta mesin butterworth.
c.       Rinsing (pencucian) Kegiatan pembilasan tangki menggunakan air panas atau air dingin dilakukan agar dapat menghilangkan sisa air laut yang masih terdapat di dalam tangki. Pembilasan tangki ini biasanya dilakukan dengan waktu yang lebih singkat dari penyemprotan dengan air laut.
d.      Flushing ( Pembilasan ) Langkah ini sangat penting dilakukan untuk menghilangkan sisa muatan dari dalam tangki dengan menyemprotkan air kedalam tangki dengan menggunakan butterworth.
e.       Steaming (Penguapan) Kegiatan penguapan tangki yang bertujuan menghilangkan bau dari muatan sebelumnya. Uap yang digunakan harus cukup panas dan biasanya sampai suhu 600C.
f.       Draining (pengurasan) Tangki pipa dan pompa dikeringkan dengan hati hati. Udara dari compressor dapat dipergunakan untuk membantu mengeringkan.
g.      Drying ( Pengeringan ) Dilakukan pengeringan yang bertujuan memberikan keadaan yang bersih dalam ruang muat sebelum pemuatan dilakukan.

5.      Memuat
Menurut Diman Ali, Armand Ferdinan & Arso Martopo;menjelaskan tentang Cara membersihkan, Mengetest dan menyiapkan tangki;
a.       Apabila ruang muat di pakai bekas muatan lain maka sangat perlu untuk mendatangkan surveyor guna memeriksa dan menguji kondisi tangki-tangki itu dengan memberikan keterangan tertulis berupa survey report.
b.      Semua bagian tangki dibersihkan dengan caustic soda, disikat dan dikerok. Biasanya dipelabuhan besar di Indonesia seperti di Cilacap, Palembang, Tg. Priok dan Tg. Perak terdapat tangki-tangki gas yang khusus. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut maka harus memasang peranca peranca di dalam tangki.
c.       Apabila perlu pembersihan dengan uap panas maka tangki ditutup dan suhu tangki dinaikan sampai ±820 selama ± 12 Jam. Setelah itu diadakan penyemprotan dengan tekanan air bersamaan pompa got dijalankan terus.
Kerusakan kerusakan yang terjadi pada muatan pada umumnya terjadi karena :
1.      Tangki ruang muat yang belum siap untuk pemuatan sehingga dapat menimbulkan kontaminasi, (kerusakan muatan akibat tercampur dengan sisa muatan lain).
2.      Sistem tangki yang masih kotor sehingga setelah mengalami pemeriksaan laboratorium hasil manifold sample saat rusak, dan harus dilakukan flushing muatan sehingga waktu yang terpakai flushing, telah memakan waktu yang cukup lama, serta kerugian muatan bagi consignee. Contohnya: Pipa pipa kotor.
3.      Akibat keadaan cuaca yang buruk dan kondisi tangki yang tidak benar benar kedap sehingga muatan yang tidak dapat tercampur dengan air akan mengalami kerusakan.
Hal hal yang harus di perhatikan pada saat tangki akan di buat gas free yaitu :
a.       Semua tangki harus dalam keadaan tertutup sampai ventilasi tangki mulai untuk bekerja.
b.      Fan atau Blower hanya digunakan jika digerakan dengan hydraulic pneumatic atau digerakan dengan uap. Konstruksi material sebaiknya tidak berbahaya terhadap adanya peningkatan pembakaran.
c.       Pertukaran gas didalam tangki selam gas free haruslah menggunakan metode kapal yang telah ditetapkan, dimana gas free bersangkutan dengan pengeluaran gas pada tingkat dek.



B.     Faktor-faktor yang pendukung
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan proses pencucian ruang muatan antara lain yaitu :
1.      Faktor dari dalam kapal
a.       Kerjasama antara Anak Buah Kapal (ABK) yang terampil
b.      Sarana dan prasarana yang digunakan untuk pencucian ruang muat memadai
c.       Jenis muatan yang di bongkar dan jenis muatan yang akan di muat.
2.      Faktor dari luar kapal
a.       Keadaan cuaca selama pelayaran
b.      Jarak pelayaran yang harus di tempuh
c.       Jenis cargo yang akan di muat.
Sebelum melakukan persiapan pencucian ruang muat, Anak Buah Kapal (ABK) harus mengetahui prosedur-prosedur, dan panduan serta cara-cara memasuki tangki yang benar dan aman. Penggunaan alat oxygen meter dan multi gas tester harus kontinue untuk menghindari terjadinya pelepasan gas beracun di dalam tangki.
Pada saat kapal mendapat berita rencana pemuatan maka, informasi-informasi dan data-data di perlukan dalam penanganan muatan yang akan di muat sangat penting di dalam proses muat, karena sebelum kapal tanker tiba di tempat atau terminal haruslah diadakan pertukaran informasi dan koordinasi dan data-data yang diperlukan.Pada dasarnya kesiapan dan pelaksanaan muat dikapal tanker tidak lepas dari dua faktor yang sangat berpengaruh yaitu faktor manusia dan faktor sarana bongkar muat.

C.    Keselamatan Kerja
Untuk menghindari kecelakaan yang terjadi ketika pelaksanaan muat dikapal tanker
1.      Persiapan tangki untuk memuat dan pencucian tangki
Dalam mempersiapkan ruangan muat sebelumnya kegiatan pemuatan yang perlu diperhatikan adalah muatan terakhir yang telah dimuat, dan muatan berikutnya yang akan dimuat dikapal. Dengan demikian kita dapat menentukan cara yang dipakai dalam melaksanakan pembersihan ruang muatan (tank cleaning). Agar supaya pekerjaan pembersihan ruang muatan dapat berjalan seperti yang di inginkan, maka perlu diadakan pertemuan-pertemuan rutin (safety meeting) sebelum melaksanakan pembersihan ruang muatan tersebut yang di pimpin oleh Chief Officer. Dalam setiap pertemuan rutin di atas kapal akan dipaparkan dan di bahaslah tahapan-tahapan dan prosedur kerja sesuai dengan istilah POAC (planning, organise, acting, controling) dan paparan tersebut dijelaskan kepada semua peserta dengan demikian pekerjaan yang akan dihadapi dapat terukur, serta dapat tercapai sesuai yang di harapkan.
Dengan demikian dapat di uraikan tugas masing-masing kelompok serta dapat di persiapkan peralatan-peralatan yang di perlukan dalam pekerjaan tersebut, juga untuk dapat di capai sebuah team work yang padu untuk mencapai hasil yang maksimum.
Timbul pertanyaan penting dalam pelaksanaan tank cleaning yaitu, apa perlunya pembersihan ruang muatan ? Alasan-alasan di adakannya pelaksanaan pembersihan ruang muatan adalah sebagai berikut:
a.       ganti muatan
b.      pekerjaaan di dalam tangki atau inspeksi dalam tangki.
c.       sludge yang tertimbun di dasar tangki sudah banyak
d.      persiapan untuk ballast yang bersih.
e.       persiapan untuk kapal dock.
Hal-hal lain yang perlu kita ketahui bahwa pembersihan ruang muat dapat di bedakan sebagai berikut:
a.       Pembersihan ruangan muat untuk mengangkut muatan yang sama. Pembersihan ruang muat tidak terlalu banyak mengalami kesulitan, setelah ruang muat yang kering dibuat bebas gas ( gas free ) maka ruang muatannya disemprot dengan mengunakan selang dek memakai air laut ,setelah itu air laut dipompa keluar atau di simpan si slop tank. Setelah itu (sludge) kotoran atau karat nya dikeluarkan dari tangki. Waktu pembersihan ruang muat ini harus di gunakan sikat sikat yang terbuat dari kuningan. Setelah itu tangkinya diisikan dengan dengan air laut, kemudian dibuang lagi airnya sampai kering. Setelah itu semua pipa pipa muat dan pipa pipa lainnya di buka dan di periksa. Saringannya dibersihkan dan di keringkan begitu juga dengan kran harus di coba dan di periksa.
b.      Pembersihan untuk mengangkut jenis muatan yang sifatnya berbeda dengan muatan yang sebelumnya yang mana dengan pencampuran yang sedikit saja akan menimbulkan kerusakan pada mutunya. Proses yang dilakukan tetap sama seperti dengan yang di atas hanya harus di lakukan dengan lebih bersih dan berulang ulang. Jika perlu di lakukan penyemprotan dengan menggunakan air hangat dan tekanan yang tinggi agar sisa sisa muatan baik di dinding maupun di atas dasar tangki dapat terurai. Setelah itu baru kemudian dilakukan pengeringan tangki dan tangki harus terus di berikan peranginan, dan kemudian dilanjutkan dengan pengelapan di dalam tangki hingga tangki betul betul kering dan bersih.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan para Anak Buah Kapal (ABK) dalam mempersiapkan ruang muat menyebabkan para Anak Buah Kapal (ABK) tersebut melepas tanggung jawab mereka dalam persiapan ruang muat.
Rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas merupakan hal ini yang penting karena tanpa rasa tanggung jawab dapat menimbulkan kelalaian dan kemalasan dalam bertindak. Dalam mengatasi berbagai masalah di atas kapal sangat tergantung pula dari pengetahuan, keterampilan dan tasa tanggung jawab selama melaksanakan tugas yang diberikan.
Untuk itu perlu diantisipasi lebih dini dalam hal pemilihan Anak Buah Kapal (ABK). Untuk Anak Buah Kapal (ABK) yang baru naik di suatu kapal yang baru akan menemukan hal-hal yang baru pula meskipun Anak Buah Kapal (ABK) tersebut pernah bekerja di kapal lain baik pada persiapan ruang muat, alat-alat muatnya, sistem penataan pipanya maupun cara pemuatannya dan lain sebagainya.
Oleh karena itu perlu mengadakan orientasi dan pengenalan baru sesuai dengan situasi yang ada. Inilah pentingnya familiarisasi dan serah terima antara yang baru dan yang lama harus dijalankan dengan sebenar-benarnya. Apalagi Anak Buah Kapal (ABK) yang baru pertama kali bekerja di atas kapal tanker, tentu saja akan menemui banyak kesulitan dalam beradaptasi pada lingkungan di kapal, demikian juga untuk mengerti dan melaksanakan tugasnya serta lain sebagainya.
Untuk itu perlu diberikan bimbingan kepada Anak Buah Kapal (ABK) agar bisa belajar bertanggung jawab. Usaha semacam ini harus diterapkan secara serius dan tekun dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang diberikan. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering terjadi di kapal, khususnya kapal tanker sangat tergantung dari pengetahuan dan keterampilan selama bekerja di kapal.
Seorang Anak Buah Kapal (ABK) yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang cara-cara melaksanakan muat khususnya,akan lebih mudah melaksanakan tugasnya terutama melaksanakan tugas jaganya. Tenaga kerja yang potensial seperti ini sangat menentukan kelancaran kerja di kapal dan secara tidak langsung ikut menentukan kelancaran operasional kapal.
Untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal dalam pelaksanaan bongkar muat maka tenaga kerja yang ditempatkan di atas kapal hendaknya mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup, dan hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
1.       Melalui in house trainning yang di adakan oleh pihak perusahaan bagi Anak Buah Kapal (ABK) yang akan naik kapal. Dibeberapa Negara maju pendidikan untuk para pelaut disediakan oleh industri-industri atau pemerintah dengan biaya yang dibebankan kepada masing-masing Pemilik Perusahaan (Ship Owner). Tetapi cara-cara seperti itu belum sepenuhnya dapat dilaksanakan di Indonesia. Hanya saja untuk menambah bekal pengetahuan dan keterampilan pihak Perusahaan Pelayaran harus memberikan pendidikan singkat (in house trainning) sebelum Anak Buah Kapal (ABK) dinaikkan ke kapal, dengan demikian para tenaga kerja yang akan dipekerjakan dapat mengetahui peralatan dan cara mengoperasikan alat-alat atau sarana bantu bongkar muat di atas kapal dan proses pembersihan ruang muat (tank cleaning), penggunaan peralatan tank cleaning dan lain-lain.
2.      Dilakukan latihan secara rutin di atas kapal, misalnya Cara menjalankan Cleaning Pump. Mengingat bahwa pada setiap kapal memiliki sistim penataan pompa dan peralatan pendukungnya yang berbeda dalam pengoperasiannya, maka perlu di beritahukan kepada Anak Buah Kapal (ABK) yang baru mengenai cara pengoperasian peralatan, pipa-pipa dan saluran-saluran dan lain sebagainya. 2) Cara menggunakan Butterworth atau mesin pencuci tangki. Dalam menggunakan butterworth harus di jalin kerjasama dengan bagian kamar mesin yang terdapat semacam ketel yang akan memanaskan air dari luar sampai kira-kira 1800F atau kurang lebih 7200C. Air ini diberikan pada tekanan kurang lebih 13 atm pada pipa-pipa yang kuat yang juga di pergunakan untuk mencuci dek dan merupakan pipa pemadam kebakaran.
Setelah Anak Buah Kapal (ABK) benar benar memahami cara pengunaan atau pengoperasian alat-alat tank cleaning maka untuk pelaksanaan tank cleaning dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur ditambah penyuluhan tayangan film. Karena dengan sering memutar film yang bertemakan cara-cara tank cleaning yang baik, para Anak Buah Kapal (ABK) tersebut akan cepat menyerap penjelasan-penjelasan yang diberikan. Karena bukannya tidak mungkin, sipenyuluh atau sipemberi penjelasan tersebut kurang menarik atau kurang bisa menyampaikan cara cara tank cleaning yang baik.
Sehingga orang yang mendengarkan tidak mempunyai minat atau tertarik pada materi yang dijelaskannya. Berdasarkan pandangan dan langkah-langkah diatas, maka dapat menguntungkan Perusahaan dalam berbagai segi karena adanya latihan-latihan. Dengan sistem penerapan tenaga kerja yang baik melalui job training ataupun studi perbandingan akan menambah pengetahuan Anak Buah Kapal (ABK) atau tenaga kerja tersebut dalam hal pelaksanaan tank cleaning, sehingga akan menghasilkan Anak Buah Kapal (ABK) yang baik dan optimal.
Anak Buah Kapal (ABK) yang melalui pendidikan akan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang cara kerja dikapal tanker khusunya, dimana hal ini akan dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan bongkar muat di kapal. a) Melalui latihan atau bimbingan keterampilan. Untuk menambah pengalaman dan keterampilan Anak Buah Kapal (ABK) dalam mencegah hal-hal yang dapat menghambat kelancaran proses bongkar muat dikapal tanker, maka Perusahaan sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk pengadaan tenaga kerja Pelaut, harus menyeleksi Anak Buah Kapal (ABK) secara selektif sebelum diterima sebagai Anak Buah Kapal (ABK) yang akan ditempatkan diatas kapal.
Dengan disiplin yang tinggi seorang Anak Buah Kapal (ABK) akan menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, sehingga hal-hal yang menghambat kelancaran pemuatan akibat kelalaian dapat di hindarkan. Hal yang paling penting, dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memerlukan tenaga yang cukup banyak maka di perlukan kerja sama antara Anak Buah Kapal (ABK) agar seluruh pekerjaan bisa diselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan. Untuk itulah perlunya menanamkan rasa disiplin dan kerja sama yang baik antara perwira dan Anak Buah Kapal (ABK).
Disiplin merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam yang mana sangat diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas yang telah diberikan agar dapat selesai dengan cepat dan tepat. Untuk mewujudkan pelaksanaan kerja yang baik dan teratur harus mengikuti aturan-aturan yang ada sehingga tercapailah suatu pekerjaan seperti yang telah ditetapkan.
Apabila ada penyimpangan-penyimpangan terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada Anak Buah Kapal (ABK) maka pemimpin harus mampu mengambil langkah-langkah perbaikan atau koreksi koreksi, bila perlu tindakan antisipasi dini sebelum terjadinya penyimpangan tersebut.
Untuk mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan di atas kapal khususnya dalam melaksanakan persiapan ruang muat agar dapat berjalan dengan lancar, dan selesai tepat seperti yang di harapkan, maka tolok ukurnya adalah terjalinnya kerjasama yang baik antara Mualim jaga dan anak buahnya. Dengan tumbuhnya rasa disiplin maka akan didapatkan Anak Buah Kapal (ABK) yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab,tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

D.    Prosedur Pembersihan Ruang Muat
Secara teknik managerial pembersihan ruang muat harus sesuai dengan prosedur:
1.      Perencanaan (plan)
Perencanaan (plan) bertujuan untuk mengetahui:
a.       Jenis muatan yang akan di muat
b.      Sifat dari muatan
c.       Kondisi dari muatan
d.      Perlengkapan peralatan sehubungan dengan muatan, misalnya alat yang tersedia, spare part (suku cadang) dan yang lainnya.
2.       Pelaksanaan (organize)
Yang perlu diperhatikan saat pelaksanaan pencucian ruang muat adalah:
a.       Mengusahakan tutup-tutup ruang muat sedapat mungkin ditutup.
b.      Jangan memasukan barang-barang logam ke dalam ruang muat selain dari mesin pencuci tangki.
c.       Selang selang pencuci ruang muat jangan sampe lepas dari hydrantnya sebelumnya alat tersebut dikeluarkan dari tangki. Apabila masih terdapat kotoran atau belum bersih maka dapat dilaksanakan pembersihan ulang selama dalam pelayaran hingga dipastikan tangki benar benar bersih dan kapal siap untuk menerima muatan.
Seperti halnya pekerjaan lainnya di atas kapal tanker maka pencucian tangki harus di rencanakan dengan sebaik baiknya dan dilaksanakan dengan hati hati. Selain pelaksanaan dan pembersihan ruang muatan dengan cara manual diatas juga perlu di perhatikan tahapan tahapan yang perlu dilaksanakan pada persiapan ruang muat jika melalui pengunaan butterworth, yang merupakan alat untuk membersihkan tangki dengan menggunakan air laut.
Alat ini tidak dipasang secara permanen didalam tangki, maka dalam penangannnnya banyak menggunakan tenaga. Mulai diangkat dari tempat penyimpanan sampai tempat pemasangan dan juga menggunakannya sangat hati-hati, kemudian alat ini diturunkan dalam tangki. Sebelum alat-alat ini diturunkan kedalam tangki, selang selang harus dipasang dengan baik dan benar dan harus betul tepat pemasangannya banyak menggunakan banyak tenaga.
Pemasangan mesin pencuci tersebut terpasang dengan kuat pada deck sell kapal. Untuk menaikkan dan menurunkan mesin pencuci ini digunakan tali pengaman (Safety Line). Mesin pencuci ini diturunkan kedalam tangki setinggi separuh dari tinggi tangki, bila tangki tingginya 11 meter maka alat ini ditaruh setinggi 5,5 meter. Untuk mengetahui berapa meter yang telah dipasang bisa dilihat pada setiap 1 meter ditandai pada selang dengan tanda setrip, kemudian ditulis 1 meter dan seterusnya.
Alat ini dijalankan dengan menggunakan ait laut selama 2 jam atau lebih tergantung dari bekas muatan yang di dengan muatan yang dimuat. Misalnya muatan yang baru adalah grade Marine Diesel oil (MDO) sedangkan yang dimuat adalah grade premium atau grade avtur maka lamanya mesin cuci ini dipakai adalah 3 jam lebih agar sisa-sisa muatan dalam tangki dapat terurai dan bersih. Butterworth ini digunakan untuk mencuci tangki dengan air laut yang dipanaskan. (lihat sketsa pemasangan butterworth dalam lampiran gambar).
Tahapan tahapan tank cleaning sebagai berikut
1.      Penggunaan butterworth menggunakan media air laut
Mencuci tangki dengan air laut dapat menggunakan mesin pencuci (Butterworth) dan juga dapat menggunakan selang pemadam kebakaran dikapal dengan tekanan tinggi, ini dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa muatan dan kotoran yang menempel di dinding dan dasar tangki. Butterworth ini menggunakan air laut apabila muatan yang akan dimuat adalah muatan minyak produk (product oil) seperti:  diesel oil, avtur, naptha, premium, kerosene
2.      Penyemprotan dengan air tawar
Dalam tahapan ini tangki dibersihkan atau disemprotkan dengan air tawar digunakan sebagai pembilasan untuk menetralkan dinding-dinding dan lantai tangki yang telah disemprotkan dengan air laut maupun sisa dari pencucian dengan bahan kimia. Penyemprotan dengan air tawar kedalam tangki menggunakan selang dan Nozzle tekanan tinggi pada dinding dasar tangki dan dibawah pipa hisap agar kotoran dan sisa muatan dapat bersih.
3.      Pengeringan
Dalam tahap ini pengeringan biasanya menggunakan Blower. Blower adalah suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan gas dari dalam tangki keluar. Hal ini sangat penting untuk menjaga apabila ada pembersihan tangki yang memerlukan Anak Buah Kapal (ABK) untuk turun kedalam tangki untuk mengambil kotoran atau sisa air yang masih ada didalam tangki. Blower ini adalah yang dijalankan dengan air laut dan ada juga dijalankan dengan listrik.
Ada 2 cara memasukkan udara kedalam tangki
a.       Secara mekanis.
Yaitu udara yang dimasukkan kedalam tangki dengan menggunaan fan yang digerakkan tenaga listrik. Fan yang dipakai ada 2 macam yaitu: Fan tekan dan Fan isap
b.      Secara konvensional / alami.
Yaitu udara yang dimasukkan kedalam tangki dengan bantuan layang-layang yang pada ujung pengumpul udara ditempatkan pada mulut tangki untuk mengalirkan udara. Setelah tahap keempat yaitu pengeringan, bilamana sudah bersih proses ini kita selesaikan tetapi seandainya dibawah dasar tangki masih ada sisa-sisa minyak segera dibersihkan dilakukan setelah bebas gas dan aman untuk manusia.
























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan pemaparan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Kurang maksimalnya pelaksanaan penyiapan tangki muat yang telah di buat di atas kapal.
2.      Kurangnya pengetahuan dan keterampilan Anak Buah Kapal (ABK) dalam mempersiapkan tangki dalam penyiapan survey muatan.
3.      Rendahnya disiplin Anak Buah Kapal (ABK) dalam melaksanakan penyiapan ruang muat.























DAFTAR PUSTAKA

Bachronel, 1974.  Pelajaran Ilmu Pelayaran. Marine Fisheries Training Proyect: Tegal. 

Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa: Jakarta.

D. Adi Bambang Setiono, dkk.2008. Nautika kapal Penangkap Ikan. Direktorat Pembinaan SMK: Jakarta

H.R.Soebekti, S., 1993. Intisari Ilmu Pelayaran Datar. Yayasan Pendidikan Pelayaran Djadajat – 1963 : Jakarta. 

Suyono, R.P., Capt., 2001. “ Shipping “ Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Penerbit PPM.


0 comments:

Post a Comment