Puisi lirik yaitu “puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, terutama lukisan perasaan” (Zaidan, dkk., 2004:120-121). Puisi lirik juga diartikan sebagai “puisi yang dinyanyikan, karena itu ia disusun dalam susunan yang sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Pada umumnya puisi yang pendek dapat digolongkan ke dalam jenis ini” (Semi, 1988:106).
Turun Kembali
Kalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raja
Caha halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaun dunia
Di bawa teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firduisi melana telinga
Menyentuh gamnbuh dalam hatiku
Terlihat ke bawah
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali
Karya Amir Hamzah
Bayangan kelam
Karya: Radhitya AN
Kaki ini...semakin terasa berat...
Jalan ini...semakin terasa tak berujung...
Demi lepas darimu...dirimu yang menenggelamkanku...
Sesaat timbul sepercik hati yang membara...
Tapi keputus asaan siap melanda...
Ku terus berlari...menghindarimu...
Tuk mencari cahaya sejati...dalam diriku...
Ku berusaha lepas dari jeratan selubung gelapmu...
Jalanku masih panjang...
masih banyak harapan yang harus dilakukan...
Masih banyak mimpi yang harus menjadi nyata...
Keyakinanku tak akan goyah...
Api membaraku tak akan redup di tengah jalan...
Akan kubawa diriku sampai penghujung waktu...
dan lepas dari Bayangan Kelam...
Jalan ini...semakin terasa tak berujung...
Demi lepas darimu...dirimu yang menenggelamkanku...
Sesaat timbul sepercik hati yang membara...
Tapi keputus asaan siap melanda...
Ku terus berlari...menghindarimu...
Tuk mencari cahaya sejati...dalam diriku...
Ku berusaha lepas dari jeratan selubung gelapmu...
Jalanku masih panjang...
masih banyak harapan yang harus dilakukan...
Masih banyak mimpi yang harus menjadi nyata...
Keyakinanku tak akan goyah...
Api membaraku tak akan redup di tengah jalan...
Akan kubawa diriku sampai penghujung waktu...
dan lepas dari Bayangan Kelam...
Karya: Edreamj
Tuhan,
aku ingin menghilang
bersama bintang yang ditelan malam
aku ingin menghilang
bersama bintang yang ditelan malam
Karena seketika hilanglah segala kuatku!
Aku pun tak tahu di mana aku berdiri,
kepada siapa aku mendongakan segala yang kupunya,
peran apa yang ku lakoni?
Aku pun tak tahu di mana aku berdiri,
kepada siapa aku mendongakan segala yang kupunya,
peran apa yang ku lakoni?
Tuhan, biarkan aku meredup
Seperti redupnya pelangi saat langit mencerah
Dan biarkan hanya indahku yang diingat
Seperti redupnya pelangi saat langit mencerah
Dan biarkan hanya indahku yang diingat
Karena tak mampu lagi aku mencinta
Dan hilang semua pengertian dan nalarku
Mengapa?
Di manakah?
Kapankah?
Akankah?
Mungkinkah?
Bilakah?
Hanya itu yang tertinggal…
Dan hilang semua pengertian dan nalarku
Mengapa?
Di manakah?
Kapankah?
Akankah?
Mungkinkah?
Bilakah?
Hanya itu yang tertinggal…
Tuhan, biarkan hatiku mendingin
Seperti mendinginnya musim ini
Seperti mendinginnya musim ini
Karena, aku semakin tak tau ke mana aku berjalan
Dan ketika semakin aku mencoba berlari dari memori itu,
Malah lukaku semakin terbuka lebar!
Dan ketika semakin aku mencoba berlari dari memori itu,
Malah lukaku semakin terbuka lebar!
Tuhan, bolehkah?
Karena semakin aku berteguh
Semakin jiwa ini terpuruk,
Tak dapat terbang…
Diikat dengan semua yang lalu dan harap yang mustahil..
Semakin jiwa ini terpuruk,
Tak dapat terbang…
Diikat dengan semua yang lalu dan harap yang mustahil..
Sungguh aku tak mengerti
Naskah apa yang ada di tangan sang pujangga hidup!
Naskah apa yang ada di tangan sang pujangga hidup!
Tuhan.. biarkan aku..
sekali ini saja
sekali ini saja
menghilang..
tanpa jejak..
Contoh Puisi Lirik
Turun Kembali
Kalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raja
Caha halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaun dunia
Di bawa teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firduisi melana telinga
Menyentuh gamnbuh dalam hatiku
Terlihat ke bawah
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali
Karya Amir Hamzah
Puisi Lirik
Barangkali
Engkau yang lena dalam hatiku
Akasa swarga nipis-nipis
Yang besar terangkum dunia
Kecil terlindung alis
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah
Kupangku di lengan lagu
Kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit gunung
Buka mata-mutiara-mu
Sentuh kecapi firdusi
Dengan jarimu menirus halus
Biar siuman dewi-nyanyi
Gambuh asmara lurus lampai
Lemah ramping melidah api
Halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
Biar terdengar swara swarna
Barangkali mati di pantai hati
Gelombang kenang membanting diri
Karya Amir Hamzah
Engkau yang lena dalam hatiku
Akasa swarga nipis-nipis
Yang besar terangkum dunia
Kecil terlindung alis
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di pucuk lidah
Kupangku di lengan lagu
Kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit gunung
Buka mata-mutiara-mu
Sentuh kecapi firdusi
Dengan jarimu menirus halus
Biar siuman dewi-nyanyi
Gambuh asmara lurus lampai
Lemah ramping melidah api
Halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
Biar terdengar swara swarna
Barangkali mati di pantai hati
Gelombang kenang membanting diri
Karya Amir Hamzah
Aku Ingin
Karya: Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Dendang Musim Jagung
Karya: D. Zawawi Imron
Cintaku yang terbit dari kembang-kembang jagung
Subur oleh gaplek dan duri kenyataan
Menunggu tangan tak kunjung salam
Sampai sekarang masih kusenang
Membelai-belai daunan pinang
Dan lalang-lalang yang atap kandang
Memang tidak percuma
Kalau semalam bulan gerhana
Bayang-bayangku yang tak sempurna
Masih mampu melucuti tombakku yang dahaga
Ubi jalar merambat-rambat
Ke seluruh pohon jiwaku
Tak kenal kemarau tak kenal penghujan
Hingga meskipun miskin
Aku tetap merasa kaya
Setelah menjilat jejak petani
0 comments:
Post a Comment